PERUBAHAN DALAM HIDUP


Tetangga sebelah rumah saya,  sebut saja Adif ,  sudah cukup lama bekerja di sebuah perusahaan besar. Ia cerdas sehingga karirnya cepat meningkat. Hingga suatu saat, ia mencapai puncak karir di perusahaan tersebut. Namun, di situlah puncak karir itu berakhir. Ia tidak bisa naik lagi ke puncak selanjutnya, karena hanya sang pemilik perusahaan yang bisa menduduki posisi itu.
Walaupun karir Adif lebih tinggi dibandingkan dengan teman-temannya, tetapi lama kelamaan ia merasa ada yang kurang pas dengan posisinya. Dulu, saat jabatannya masih rendah, ia masih bisa bercengkerama dan bertemu bersama keluarganya bermain dengan anak – anaknya. Namun semakin tinggi posisinya, seiring dengan jabatan dan tanggung jawab yang semakin besar, membuatnya harus merelakan banyak waktu untuk tugas-tugas kantor. Akibatnya, waktu buat keluarga semakin sedikit, yang menyebabkan hubungannya dengan keluarga tidak lagi sedekat dulu.

Adif  merasa bekerja tak lagi membuatnya nyaman karena terasa semakin jauh dengan apa yang diimpikannya dulu untuk membahagiakan keluarga. Alih-alih membuat keluarga bahagia, ia justru terbelenggu dengan pekerjaannya, terbelenggu dengan prestasi yang ia raih. Sungguh ironis.
Kawan saya বেরিকুত্ন্যা, sebut saja Dwian , adalah pekerja keras yang mendedikasikan waktunya untuk perusahaan. Bertahun-tahun ibu muda ini mengabdikan diri untuk perusahaan dengan prestasi yang lumayan baik. Namun demikian, pangkat dan jabatannya tidak kunjung naik. Penyebabnya satu: ijazahnya cuma D3, sehingga menyulitkan perusahaan untuk menaikkan level jabatannya dibandingkan dengan kawan-kawan kerjanya yang lulusan S1. Dwian, sulit berkembang bukan karena kemampuannya tidak ada, tetapi karena secara formal administratif, ia tidak mempunyai sertifikat dan ijazah yang diperlukan.

Kebalikan dengan Dwian, Saiful  adalah orang yang mempunyai banyak sekali sertifikat, dan ijazahnya pun mencukupi untuk semua proses kenaikan jabatan dan pangkat. Tetapi masalahnya, Sai tidak mempunyai keterampilan yang dibutuhkan untuk kenaikan jabatan dan pangkat. Perusahaan sulit memberikan jabatan tinggi karena kemampuan Sai terbatas.

Ilustrasi di atas menggambarkan tiga kondisi berbeda, tapi secara umum posisinya kurang lebih sama: Adif, Dwian dan Saiful  terkengkang keadaan yang membuat mereka tak bisa melakukan percepatan untuk kemajuan mereka. Dalam posisi demikian,kita sebenarnya bisa memilih untuk masa depan. Bisa saja orang merasa bahwa itulah “nasib” yang sudah ditakdirkan pada dirinya, sehingga ia cuma menerima semua itu dengan perasaan pasrah. Ia akan menjalani kehidupan selanjutnya sebagaimana air mengalir begitu saja. Sikap ini jika dijalani dengan senang hati, tidak ada masalah. Namun jangan sampai kita menyalahkan orang lain karena sumber permasalahan ada di diri kita sendiri.
Apa pun posisi dan keadaan yang kita alami sekarang, sangat mungkin karena kemampuan, keterampilan, dan sertifikasi yang kita miliki tidak cukup. Tapi kita jangan menyerah. Masih banyak waktu dan kesempatan untuk meraih kemajuan jika kita mau. Kemajuan yang kita inginkan bukan datang dengan sendirinya, bukan diberi, tetapi mesti dicari. Setiap kemajuan membutuhkan proses untuk mendapatkannya. Perlu bekerja keras, bahkan mungkin sangat keras.
Seorang Adif , bisa memilih: pindah kerja atau memulai usaha baru. Keduanya bukan perkara mudah. Mungkin situasi kerja sekarang tidaklah ideal, tetapi itulah prestasi yang telah ia capai dengan kerja keras. Pindah kerja belum tentu menjadikannya lebih nyaman, dan memulai usaha juga bukan perkara mudah. Tetapi itulah yang mesti dilakukan jika ia ingin bekerja atau berusaha sesuai dengan keinginannya. Ia membutuhkan keberanian untuk melakukan perubahan dalam hidupnya.
Sama dengan apa yang mesti dilakukan oleh Dwian. Mau tidak mau, ia harus menyempatkan diri kuliah S1 karena itu menjadi tuntutan kerja. Jika hanya menyerah pada nasib, maka nasibnya akan sulit berubah. Tetapi jika ia mulai berkorban untuk kuliah lagi, maka bisa jadi karirnya akan berkembang lebih cepat.
Sai juga tidak bisa menyalahkan keadaan begitu saja. Kemampuan dan keterampilannya mesti diperbarui terus-menerus jika ia menginginkan dirinya bisa lebih berguna bagi perusahaan dan orang-orang sekelilingnya. Jika ia tidak mengembangkan diri dengan belajar dan memiliki berbagai pengetahuan dan keterampilan baru, maka ia akan tergilas dengan kedatangan orang-orang baru yang lebih muda, lebih semangat, dan mempunyai kemampuan lebih tinggi.
Intinya, jika kita merasa kondisi dalam beberapa tahun terakhir ini tidak berkembang, baik pada sisi pekerjaan maupun usaha, maka saatnya kita berpikir untuk melakukan introspeksi lebih jauh.  Sangat mungkin apa yang kita miliki sekarang ini, dari sisi pengetahuan, keterampilan, ataupun sertifikat, sudah lagi tidak mampu memenuhi kebutuhan perusahaan atau organisasi. Tidak perlu mengeluh kalau itu terjadi. Mulailah dengan introspeksi diri, mencari-cari kursus yang bisa menambah keterampilan, meneruskan sekolah, atau belajar dari orang lain. Hanya dengan cara itulah, kita bisa terus bertahan dan mengembangkan diri di manapun kita berada. Berhenti menyalahkan orang lain! Saatnya membuka diri untuk belajar lagi agar kita bisa melakukan perubahan dalam hidup.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Takir Plontang

Mengonlinekan Localhost Dengan Aplikasi Ngrok